Beranda | Artikel
Makanan Untuk Ibu Hamil Agar Anak Shalih
Senin, 4 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Makanan Untuk Ibu Hamil Agar Anak Shalih merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada 8 Rajab 1441 H / 03 Maret 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Makanan Untuk Ibu Hamil Agar Anak Shalih

Hendaknya seorang ibu yang sedang hamil menjaga sikap dan perilakunya. Menjaga perilaku ini sangat penting dan sangat dibutuhkan pada masa kehamilan. Sebab akhlak orang tua berpengaruh besar terhadap akhlak anak-anaknya, terutama ibu yang perilakunya mempengaruhi kondisi janin. Ketika dia mengalami stres berat, bayi yang ada di dalam kandungan juga mengalami hal yang sama. Maka hendaknya dia menjaga sikap dan perilakunya. Mulai dari menjaga sikap, ucapan, hingga perilaku yang harus senantiasa dijaga, menghindari hal-hal yang buruk, kata-kata yang buruk, menghindari hal-hal yang tidak berfaedah yang mungkin bisa mempengaruhi kondisi kejiwaannya. Sejatinya menghindari hal-hal yang tercela. Tidak hanya ditekankan sebenarnya pada masa kehamilan ini, tapi juga sampai anak beranjak dewasa.

Ketika anaknya sudah lahir, orang tua memegang peranan penting dalam menanamkan perilaku dan adab serta akhlak yang baik kepada anak-anaknya. Mulai dari masa kehamilan hingga masa pertumbuhan anak. Jika orang tua berperilaku baik, maka diharapkan sang anak juga meniru dan mencontoh perilaku baik orang tuanya. Sebagaimana dikatakan: buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Anak itu tumbuh -kata Ibnul Qayyim– di atas kebiasaan yang dibiasakan, dilatih, dicontohkan oleh kedua orang tuanya. Maka mulailah berusaha sungguh-sungguh untuk menjaga perilaku dan sikap baik sejak anak masih berada dalam kandungan maupun setelah ia lahir ke dunia.

Hendaklah seorang ibu senantiasa berpikiran positif, selalu menanamkan baik sangka tanpa menyerah berperang melawan hawa nafsunya dan selalu berjuang untuk mengendalikan emosi, amarah, berupaya menjaga keharmonisan hubungannya dengan orang-orang ada di sekitarnya. Terutama dengan suami, dengan keluarga, orang-orang yang ada di sekitarnya, menghindari konflik personal. Dengan bersikap seperti insyaAllah mudah-mudahan dia akan melahirkan bayi yang sehat jasmani dan rohani.

Sebaliknya, apabila ibu yang mengandung ini selalu berpikiran negatif dan tidak mau berusaha untuk menghindari hal-hal yang tercela, tidak menghindari konflik internal, maka mungkin akan berpengaruh buruk pada bayi yang dikandungnya dan terhadap kejiwaannya mereka.

Intinya adalah ketika seorang wanita mengandung, dia harus menjaga prilaku dan sikap selama mengandung. Dan tidak bisa dianggap remeh ataupun dipandang sebelah mata. Berapa banyak kandungan yang gugur karena si ibu tidak menjaga perilaku. Mungkin dia selalu mengikuti amarahnya, stres, selalu bertengkar, sehingga mungkin itu akan mempengaruhi kondisi janin yang ada di dalam kandungannya. Karena janin ini juga ikut stres ketika ibunya stres. Si janin juga mengikuti suasana kejiwaan ibu yang mengandungnya.

Maka dari itu jagalah sikap dan perilaku. Kita berharap anak kita menjadi anak yang shalih dan bagus akhlaknya. Karena itu sudah diupayakan, sudah diikhtiarkan semenjak dia berada dalam kandungan. Si ibu menjaga perilaku dan akhlak. Dengan harapan anak yang dikandungnya itu akan tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia, terpuji akhlak dan perilakunya.

Maka hendaknya suami juga mendukung, mengawal dan menuntun istrinya yang sedang hamil untuk bisa menjaga akhlak dan perilaku. Maka seorang suami yang berada di samping istrinya yang mengandung tentunya harus bisa memahami, misalnya dengan tidak membuat si istri emosi atau senantiasa menjaga kondisi kejiwaannya, mungkin seorang wanita yang hamil agak labil kejiwaannya. Tentu peran suami juga sangat penting di samping istrinya ketika sedang mengandung. Dia memberikan motivasi, semangat, nasihat, supaya bisa menjaga sikap dan perilaku.

Menjaga kata-katain, in juga salah satu hal yang penting juga. Seorang ibu yang hamil hendaklah menjaga lisannya dari hal-hal yang buruk; mencela, mengumpat,  berkata kata-kata yang kotor dan keji yang tidak senonoh, itu haruus dia jaga itu. Ini juga merupakan salah satu hal yang bisa menular kepada bayinya, kepada anak yang ada di dalam kandungannya.

Dan itu termasuk salah satu latihan bagi seorang calon ibu. Tentunya setelah anak ini lahir, tantangan untuk memberikan contoh teladan yang baik itu semakin besar. Seorang ibu itu sangat ditiru oleh anak-anaknya lebih daripada ayah. Karena waktu kebersamaan anak dengan ibu. Maka akhlak iIbu ini adalah akhlak anak, bisa dikatakan seperti itu. Akhlak anak itu adalah akhlak yang dicontohkan oleh ibu. Ibu berperan besar di dalam mewariskan sifat-sifat yang baik kepada anak-anaknya, lebih daripada ayah. Ayah juga, tapi kita mengetahui bahwa waktu dan kebersamaan anak ini dengan orang tua itu lebih banyak bersama ibunya. Maka seorang ibu harus siap untuk menjadi contoh yang baik di dalam akhlak kepada anak-anaknya. Dan itu sudah dia upayakan semenjak anak itu berada di dalam kandungan.

Memberikan sentuhan yang lembut dan rasa kasih sayang

Kelembutan ini sangat penting. Apalagi seorang wanita yang hami, harus diperlakukan dengan lembut. Dan hendaknya memberikan sentuhan-sentuhan kelembutan dan kasih sayang kepada ibu hamil ini. Misalnya memberikan sentuhan, alusan, tepukan halus yang biasa dilakukan ketika janin mulai bergerak menendang-nendang perut ibunya. Jadi memberikan respon yang halus, yang lembut, sehingga ini menanamkan sifat kelembutan dan kasih sayang itu pada anak. Dan itu juga merupakan wujud cinta kasih seorang ibu kepada anak.

Jadi dari dalam kandungan dia sudah menunjukkan kelembutan dan kasih sayang. Dengan elusan yang halus ke perutnya, ini menunjukkan kasih sayang sebelum anak ini terlahir ke dunia. Karena kasih sayang ini adalah modal yang sangat penting di dalam mendidik anak-anak.

Maka dari itu Nabi menyuruh para lelaki untuk mencari wanita yang punya sifat kasih sayang. Itu disebutkan Nabi sebelum menyebutkan sifat walud (subur).

تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ

“Nikahilah wanita yang punya rasa kasih sayang, lembut dan subur.” (HR. Ibnu Hibban)

Tentunya kodrat wanita adalah mengandung dan melahirkan. Tapi wanita bukan hanya dituntut untuk bisa mengandung dan melahirkan. Akan tetapi yang dituntut dari seorang wanita bukan hanya bisa hamil, bisa melahirkan, tapi lebih dari itu, yaitu mendidik, menjadi madrasah, menjadi guru bagi anak-anaknya. Dan untuk mendidik, untuk menjadi guru, itu perlu sifat lembut dan kasih sayang. Maka dari itu Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan sifat ini (wadud) lebih dulu daripada walud (subur).  Karena bukan hanya dituntut untuk bisa hamil dan melahirkan, tapi seorang wanita lebih dituntut untuk bisa menjadi seorang pendidik yang baik, yang punya sifat lembut dan kasih sayang. Dan itu harus dia latih semenjak bayi itu di dalam kandungannya. Menunjukkan bahwa dia ada rasa kasih sayang kepada janin yang dikandung ini. Mudah-mudahan setelah lahir kasih sayang itu bertambah besar kepada si jabang bayi. Karena sebagian wanita ada yang seolah-olah dia benci terhadap bayi yang dikandungnya mungkin karena kebenciannya kepada suaminya sehingga berpengaruh kepada sikapnya terhadap janin dan itu juga terus berlanjut ketika anak ini sudah lahir. Dan ini sangat memberikan pengaruh yang buruk terhadap pendidikan anak ini nantinya.

Download dan simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-14:10

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani

Download mp3 Kajian Islam Tentang Makanan Untuk Ibu Hamil Agar Anak Shalih


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48409-makanan-untuk-ibu-hamil-agar-anak-shalih/